Merdeka.com - Kemarin, Indonesia diramaikan oleh wacana ekspor ganja oleh anggota parlemen Senayan. Ganja merupakan komoditas potensial untuk mendatangkan cadangan devisa besar.
Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fraksi PKS, Rafli, mengusulkan ganja menjadi komoditas ekspor Indonesia. Menurutnya, stigma ganja berbahaya hanyalah konspirasi global.
Dia mengatakan ganja dapat memenuhi kebutuhan farmasi. Apalagi ganja ini tumbuhan yang mudah ditanam dan tumbuh di Aceh.
"Jadi ganja ini ini adalah konspirasi global dibuat ganja nomor satu bahayanya. Narkotika yang lain dibuat nomor sekian-sekian padahal yang yang paling sewot dan gila sekarang masuk penjara itu bukan orang ganja. Orang yang pakai sabu bunuh neneknya pakai ekstasi segala macam," kata Rafli.
Namun, Rafli mengakui wacana ini terbentur masalah regulasi. Ganja merupakan narkotika golongan satu yang jual belinya dilarang. "Jadi pak ganja ini bagaimana kita jadikan komoditas yang ekspor yang bagus. Jadi kita buat lokasinya. Saya bisa kasih nanti daerahnya di mana," kata Rafli.
Ternyata, selain ganja, Indonesia telah menjual banyak produk tak biasa ke luar negeri. Bahkan, laku keras. Berikut sejumlah produk tersebut.
1 dari 5 halaman
1. Kulit Reptil
Industri fesyen luar negeri menilai kulit reptil, seperti buaya, memiliki kualitas mumpuni sebagai bahan tas atau jaket. Karena itulah ada saja pengusaha dalam negeri yang menggeluti usaha ekspor seperti ini.
Sama seperti rambut, karena mengikuti tren fesyen, maka permintaan ekspor kulit reptil sangat tergantung suasana hati para penggila busana.
Ada bulan di mana eksportir kulit reptil menangguk ratusan ribu Dolar, tapi banyak juga bulan-bulan sepi sama sekali tidak ada order. Tapi jangan remehkan untungnya. Menurut BPS, ekspor kulit buaya dan ular bernilai USD 3,6 juta alias Rp 35 miliar.
2 dari 5 halaman
2. Air Laut
Tidak, Anda tidak salah baca. Inilah salah satu komoditas ekspor yang sulit dibayangkan bisa laku, apalagi karena negara kita dikaruniai 70 persen wilayah berupa laut.
Banyak negara yang tidak seberuntung Indonesia dengan cadangan air asin besar. Pengusaha pun memanfaatkan peluang itu buat memasok kebutuhan bahan baku obat alternatif sampai penggemar ikan hias yang ingin memelihara hewan laut di aquarium.
Setiap bulan, permintaan air laut selalu ada, meski volumenya naik turun. Tapi jumlahnya tidak main-main, sebab nilai ekspor komoditas ini sepanjang 2012 mencapai USD 763.000 alias Rp 73 miliar.
3 dari 5 halaman
3. Kaki Kodok
Pada 1989 ada film komedi arahan Norman Benny berjudul "Makelar Kodok", dibintangi pelawak Kadir dan Doyok. Dalam film itu digambarkan Doyok kaya raya mendadak karena mengekspor kodok, yang notabene hewan tidak berharga seperti sapi, ke negara-negara maju.
Kini dagelan itu sudah tidak relevan lagi. Terbukti ekspor kodok menyumbang devisa cukup besar. Berdasarkan data BPS, permintaan kodok, lebih tepatnya kaki kodok, dari luar negeri seperti China cenderung meningkat setiap bulan.
Permintaan bahan masakan swikee itu hanya turun di bulan Juni dan Juli saja. Secara total, sampai tiga bulan lalu, nilai ekspor kaki kodok mencapai USD 15,7 juta setara Rp 150 miliar.
4 dari 5 halaman
4. Jengkol
Siapa sangka, jengkol ternyata bisa diolah menjadi rendang, bahkan proses pembuatan dan pengolahannya pun menggunakan cara yang lebih modern serta dikemas dalam bentuk makanan instan siap saji.
Adalah kakak beradik, Kingkin, Nova Aditya dan Bimbi berhasil bereksperimen dengan jengkol dan bahkan kini hasil olahan mereka bisa dinikmati masyarakat luar negeri melalui usaha mereka yang bernama Mangano.
Kini, selain di dalam negeri produk buatan mereka sudah menjangkau mancanegara seperti Jepang, Korea, Australia san Jerman. "Yang beli biasanya buat oleh-oleh," kata Kingkin.
Melalui usahanya tersebut, kini Kingkin dan keluarganya bisa mengantongi untung minimal Rp. 15 juta per bulannya. Selain rendang jengkol, mereka juga menjual semur daging, opor ayam, kari ayam dan rendang sapi.
5 dari 5 halaman
5. Mahkota Raja
Kerajinan ekonomi kreatif berupa mahkota raja atau 'kuluk manten' yang diproduksi pengrajin Desa Sambon, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, mampu menembus konsumen mancanegara.
Seorang perajin 'kuluk manten', Heri Sanjoyo (55) mengatakan, usaha kerajinan yang ditekuni sejak 1974 kini mampu menembus konsumen luar negeri antara lain Thailand, Suriname, dan Belanda, Dia mengatakan, 'kuluk manten' yang berbentuk bundar tersebut kombinasi antara bahan baku kertas karton dengan kain katun serta aksesoris lainnya mulai diminati konsumen luar negeri.
Menurut dia, omzet kotor 'kuluk manten' atau mahkota raja tersebut antara Rp 5 juta hingga Rp 6,5 juta per bulan.
[bim]
Baca juga:
Anggota Komisi VI DPR Usul Indonesia Ekspor Ganja
Cegah Penyebaran Virus Corona, Pemerintah Moratorium Impor Produk Pertanian China
Dampak Virus Corona, Agen Travel Sumsel Tutup Paket Wisata ke China
Virus Corona Tidak Berdampak pada Mainan Impor Asal China
Virus Corona Merebak, Pasokan Buah Impor Asal China ke Solo Tetap Lancar
Antisipasi Virus Corona, Impor Makanan Diperketat
Bank Dunia Beberkan Alasan Keikutsertaan RI dalam Rantai Pasok Dunia Rendah
"laku" - Google Berita
January 31, 2020 at 06:00AM
https://ift.tt/2GFDW9L
Heboh Ekspor Ganja, Berikut 5 Produk Unik Indonesia Laku Keras di Dunia | merdeka.com - Merdeka.com
"laku" - Google Berita
https://ift.tt/2ukU4ux
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Heboh Ekspor Ganja, Berikut 5 Produk Unik Indonesia Laku Keras di Dunia | merdeka.com - Merdeka.com"
Post a Comment