Search

Tak Laku, Petani Buang Tomat - Serambi Indonesia

REDELONG - Petani tomat di Kabupaten Bener Meriah merugi akibat harga jual tomat yang anjlok dalam sepekan terakhir. Petani menjual ke pedagang pengumpul sebesar Rp 1.000 per kilogram. Namun, tak semua stok petani mampu ditampung. Akibatnya, petani harus membuang sebagian tomat karena membusuk sebelum sempat terjual.  

Sabri, petani tomat di Kampung Delung, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah, mengeluhkan anjloknya harga tomat. “Harga tomat yang kami panen hari ini dibeli Rp 1. 000 per kg. Itu pun tidak lancar dibeli. Sudah banyak yang kami buang karena busuk akibat tidak dibeli," ujarnya kepada Serambi, Rabu (1/4/2020). Sabri mengaku menghabiskan modal hingga Rp 20 juta untuk menanam tomat seluas 4 pate. Namun, modal yang kembali baru Rp 4 juta.

Sejumlah anggota DPRK Bener Meriah melakukan sidak ke lahan petani tomat dan pedagang di Pusat Pasar Sayur Sentral Kabupaten Bener Meriah, Rabu (1/4/2020). Hadir dalam sidak tersebut di antaranya Abubakar, Zulham, Herman Ramli, Yuzmuha, Baitul Hakim, Wen Kunsumandana Mimija, dan Darussalam.

Ketua Komisi A DPRK Bener Meriah, Abubakar menyampaikan, pihaknya melakukan sidak karena selama ini ada keluhan dari masyarakat terkait anjloknya harga jual palawija di Kabupaten Bener Meriah.

“Kami bertemu langsung dengan petani dan pedagang. Mereka mengaku bahwa banyak tomat yang dibuang karena tidak laku dan harga beli yang sangat rendah berkisar Rp 1.000/kg. Kata dia, harga jual di pasar daerah lain seperi di Lhoksukon, Aceh Utara, dan Kabupaten Bireuen, masih tinggi,” ujar Abubakar.

Disebutkannya, harga tomat di pasar Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara,  Rp 6.000 per kg. Sedangkan di Kabupaten Bireuen dijual Rp 5.000 per kg. “Saya juga heran kenapa harga tomat di tingkat petani kita dibeli Rp 1.000, padahal dijual ke konsumen hingga Rp 6.000 per kg,” sebut Abubakar.

Menurut pengakuan pedagang, palawija yang dibeli dari petani Bener Meriah kemudian dikirim ke beberapa daerah seperti Banda Aceh dan Lambaro, Aceh Besar. Namun, sekarang ini pasar di Banda Aceh sudah tutup. Hanya tersisa di Lambaro, Aceh Besar, yang masih menampung barang mereka.

Selain itu, Julham juga mengaku miris melihat harga jual palawija petani yang tidak stabil,  sehingga pihaknya bersama beberapa anggota DPRK langsung turun ke lapangan untuk bertemu petani dan pedagang.

“Pengaruh Covid-19 ini sangat luar bisa berdampak kepada petani. Kita akan berusaha sekuat tenaga untuk mendorong kestabilan harga holtikultura,” sebutnya. Pihaknya juga mengaku akan terus berupaya mencari solusi dan mendorong pemerintah mengambil langkah-langkah yang konkrit untuk membantu petani Bener Meriah.

Politisi Partai Aceh Yuzmuha mengatakan, petani merupakan orang yang berdampak dari Covid-19. Tutupnya sejumlah pasar dan warung makan/restoran berdampak besar pada permintaan sayur itu.

Yuzmuha juga mendesak Pemerintah Aceh melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh untuk berperan aktif dan membantu kendala yang dihadapi oleh petani di Kabupaten Bener Meriah.

Masalah lainnya, petani tetap kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi dan kerap membeli dengan harga di atas HET. “Setelah kami berkunjung ke salah satu penjual pupuk bersubsidi jenis poska seharunya sesuai dengan harga HET Rp 115.000/sak, namun dijual dengan harga 150.000/sak,” ungkapnya. (bud)

Let's block ads! (Why?)



"laku" - Google Berita
April 02, 2020 at 02:16PM
https://ift.tt/2xH9KKd

Tak Laku, Petani Buang Tomat - Serambi Indonesia
"laku" - Google Berita
https://ift.tt/2ukU4ux
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Tak Laku, Petani Buang Tomat - Serambi Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.