Pekalongan: Kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dinilai masih kurang. Padahal, kebersihan lingkungan merupakan faktor besar yang memengaruhi kesehatan tubuh.
"Pengaruh kondisi lingkungan berkontribusi 40 persen terhadap derajat kesehatan kita," ujar Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan (PUPR) Basuki Hadimuljono di sela talkshow saat peresmian rumah susun sewa (Rusunawa) mahasiswa Universitas Pekalongan (Unikal), di Pekalongan, Jawa Tengah, Sabtu, 23 Februari 2019.
Permasalahan lingkungan turut menjadi perhatian serius Kementerian PUPR. Dalam menjawab tantangan ini, Kementerian PUPR mencanangkan program 100-0-100.
"100 persen penyediaan air minum sehat untuk rakyat, 0 persen kota kumuh bisa ditiadakan, dan 100 persen akses sanitasi layak dan sehat untuk masyarakat," ujar Basuki menjelaskan konsep program.
Pengadaan air minum, kemudahan akses sanitasi, dan pengelolaan sampah yang tepat sangat penting dalam menunjang kesehatan tubuh. Daerah yang tidak memiliki akses jamban sehat akan memengaruhi kulitas air dan berhubungan kuat terhadap kenaikan angka stunting.
"Kemudian, indeks pembangunan manusia (IPM), hubungannya 90 persen. Hampir dipastikan akses air minum dan sanitasi memengaruhi IPM," ujarnya.
(Foto:Medcom.id/Gervin Nathaniel Purba)
Potret Sanitasi Indonesia
Saat ini, baru provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang bebas dari masalah buang air besar sembarangan (BABS). Total dari 514 Kabupaten/Kota, baru 42 Kabupaten/Kota yang terbebas dari BABS.
"Masih ada sekitar 25 juta penduduk Indonesia yang masih suka buang air besar sembarangan. Indonesia menduduki peringkat masalah BABS, setelah India dan Nigeria," kata Basuki.
Rusunawa mahasiswa Universitas Pekalongan (Unikal) (Foto:Medcom.id/Gervin Nathaniel Purba)
Namun demikian, Indonesia telah mengalami peningkatan akses terhadap sanitasi layak, rata-rata 1,4 persen per tahun. Hal ini berpengaruh terhadap penurunan tingkat praktek BABS, rata-rata sebesar 1,2 persen per tahun.
Sampah Plastik
Pun demikian halnya dengan masalah persampahan. Indonesia tercatat sebagai penyumbang sampah plastik terbanyak nomor dua sedunia. Menteri PUPR mengajak masyarakat mengubah kebiasaan buang sampah sembarangan dan mengurangi sampah plastik.
Dalam mendorong pengelolaan sampah yang baik, tahun ini Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan memberikan insentif kepada pemerintah kabupaten/kota yang mampu mengelola sampah dengan baik.
"Akan ada insentif sekian triliun rupiah bagi kabupaten/kota yang mengelola sampah dengan baik. Jadi, ayo kita berlomba-lomba mengelola dengan baik. Penanganan yang tepat sangat berhubungan dengan kesehatan," katanya.
Pada kesempatan itu, Sosiolog Universitas Indonesia Imam Prasodjo mengatakan permasalahan sampah dipengaruhi perubahan gaya hidup manusia. Semakin modern gaya hidup manusia, maka limbah yang dihasilkan juga beragam.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dan Sosiolog Universitas Indonesia Imam Prasodjo (Foto:Medcom.id/Gervin Nathaniel Purba)
"Gaya hidup berubah, maka perilaku juga berubah. Akhirnya, lupa bagaiman mengelola limbah," kata Imam.
Hal ini juga berhubungan dengan pekerjaan Kementerian PUPR, yakni pembangunan infrastruktur dan perumahan. "Bahannya (beton) tidak bisa diurai cepat. Kalau dulu orang bangun rumah menggunakan bambu, jadinya cepat untuk didaur ulang," katanya.
Menurut Imam, setiap orang merupakan produsen limbah. Namun, mereka tidak bisa mengelola limbahnya dengan baik. Hal ini yang dialami oleh para pelaku industri, di mana mereka mampu berinovasi memproduksi suatu barang, namun penanganan limbahnya kurang tepat.
"Setiap orang bisa memproduksi sesuatu, tapi sering kali memiliki aturan yang longgar untuk penanganan limbah. Seharusnya setiap orang bertanggung jawab untuk mengelola limbahnya masing-masing, baik limbah rumah tangga maupun produksi," kata Imam.
(ROS)
https://ift.tt/2GFXrkw
February 23, 2019 at 10:23PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kementerian PUPR Menjawab Tantangan Kebersihan Lingkungan"
Post a Comment