Jakarta: PDI Perjuangan harus menyalakan tanda bahaya. Sebab, elektabilitas partai besutan Megawati Soekarnoputri itu mulai menurun.
Hal itu terlihat dari hasil survei yang dilakukan Indonesia Elections and Strategic (indEX) Research pada 11-15 Februari 2019. Survei menunjukkan elektabilitas PDIP menurun tajam dari 27% pada akhir 2018 menjadi 22,9 persen pada Februari 2019.
“Penurunan tajam capaian elektabilitas PDIP diperkirakan karena migrasi pemilih muslim ke partai-partai nasionalis lainnya,” kata Direktur Eksekutif indEX Research, Vivin Sri Wahyuni, Jumat, 22 Februari 2019.
Faktor paling kuat yang menandai fenomena tersebut adalah bergabungnya mantan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Menurut Vivin, publik masih resisten dengan kemunculan Ahok dalam kancah politik nasional. “Memori kasus penistaan agama pada Pilkada DKI masih kuat, terlebih momentum 212 yang tak pernah surut dari dukungan luas masyarakat,” ujar Vivin.
Menurutnya, ke mana larinya suara pemilih PDIP perlu ditelisik lebih lanjut. Tetapi, kenaikan pada beberapa parpol nasionalis lain menunjukkan kemungkinan perpindahan suara tersebut.
Vivin menyebutkan parpol seperti Gerindra, Golkar, dan Demokrat cenderung stabil. Di sisi lain NasDem, PSI, dan Perindo mengalami peningkatan elektabilitas.
“Elektabilitas Gerindra masih berada pada angka 14,8 persen, Golkar 10,5 persen, dan Demokrat 4,7 persen,” papar Vivin.
Baca: Survei: NasDem Melesat Keempat Besar
Sementara itu NasDem mengalami kenaikan menjadi 4,3 persen, mendekati posisi Demokrat sebagai juru kunci lima besar. Demikian pula dengan Perindo yang naik elektabilitasnya menjadi 3,4 persen.Kenaikan paling signifikan terjadi pada partai baru Partai Solidaritas Indonesia (PSI). “Melejit ke angka 4,1 persen, PSI kini mengamankan posisi untuk dapat lolos menembus parliamentary threshold,” kata Vivin.
“Lompatan elektabilitas PSI cukup menarik, mengingat keseriusan kader-kadernya dalam membangun awareness kepada public. Cara PSI berkampanye dengan meluncurkan video pendek Grace Natalie menimbulkan perbincangan publik,” jelas Vivin.
Publik tampaknya merindukan politik yang riang dan gembira, alih-alih adu kebohongan dan kebencian seperti marak di media sosial. “Video PSI tersebar luas di berbagai platform media sosial termasuk grup-grup Whatsapp,” ujarnya Vivin.
Faktor lain yang diduga berkontribusi pada peningkatan elektabilitas PSI adalah ketegasan parpol soal pendirian rumah ibadah. “Selama bertahun-tahun isu kebebasan beragama menjadi sorotan public. Partai-partai nasionalis cenderung mancari aman. Hanya PSI yang paling jelas sikapnya terhadap deregulasi rumah ibadah,” terang Vivin.
Sementara itu parpol lain masih harus berjuang untuk bisa lolos ke Senayan, termasuk parpol seperti PPP (3,2 persen), PKS (3,0 persen), PAN (2,8 persen), dan Hanura (1,1 persen). Demikian pula dengan PBB (0,8 persen), PKPI (0,3 persen), serta pendatang baru Berkarya (0,6 persen) dan Garuda (0,2 persen).
“Dengan memperhitungkan margin of error, Perindo akan menemani PSI sebagai parpol baru yang berpeluang masuk ke parlemen,” pungkas Vivin.
Survei indEX Research dilakukan pada 11-15 Februari 2019, dengan jumlah responden 1200 orang. Metode survei adalah multistage random sampling dengan margin of error ±2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
(FZN)
https://ift.tt/2Np4bE4
February 22, 2019 at 03:55PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "NasDem dan PSI Melejit, PDIP Melorot"
Post a Comment