Depok: Sistem evaluasi yang diterapkan pada siswa harus bervariatif dan tidak hanya mengacu pada pilihan ganda seperti yang berlaku di sistem Ujian Nasional (UN). Terlalu banyak mengkonsumsi soal pilihan ganda dapat merusak sistem belajar dan menghambat daya kritis.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Kabalitbang), Kemendikbud, Totok Suprayitno mengatakan, sistem ujian tidak boleh hanya menyodorkan soal-soal pilihan ganda, namun juga harus dilengkapi dengan model lainnya seperti essai. Sekolah harus menyusun sistem assessment secara sumatif baik di jenjang kelas maupun sekolah.
Sistem tes yang diterapkan dalam Ujian Nasional tidak boleh diterapkan di semua level ujian. "Kalau UN pilihan ganda, maka USBN jangan multiple choice juga, ujian level kelas jangan seperti UN, harus lebih detail, memberi kesempatan siswa untuk menjawab, menjelaskan," kata Totok.
Baca: Rp4,47 Triliun Digelontorkan untuk BOP PAUD
?Jika sistem UN diterapkan pada ujian di sekolah dan kelas, maka akan Kalau merusak sistem belajar. "Anak beragumentasi sekarang susah, karena terbiasa menjawab A,B,C,D saja," terangnya.
Seharusnya, kata Totok, anak harus diberi kesempatan untuk tidak selalu menjawab salah dan benar. "Sekarang kan biasa ada belenggu-belenggu, kalau enggak salah ya benar. Versi jawaban ala kunci, tidak ada yang versi jawaban ala anak," ungkap Totok.
Harapannya assessment level kelas, sekolah, nasional, internasional tidak saling menggantikan. Jangan sampai soal sistem UN dipakai dimana-mana, itu yang salah. Ngecek kesehatan aja kan beda-beda. Observasi harian ibarat MRI, tidak bisa melihat penyakit setiap anak pakai termometer saja," papar Totok.
Assessment, kata Totok, juga itu tidak hanya ujian, namun juga observasi. Sudah ada beberapa sekolah yang melakukan itu. Ada sekolah yang tidak terbayangkan melakukan inovasi ternyata bisa inovasi.
(CEU)
http://bit.ly/2TMfuIK
February 13, 2019 at 01:55PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Anak Tidak Kritis Karena Terbiasa Jawab Pilihan Ganda"
Post a Comment